Media Sosial dan Game Online, Alat Rekrutmen Teroris Generasi Muda

- 20 Februari 2024, 21:47 WIB
Kombes Dedy Tabrani, peserta didik Sespimti Angkatan 33, memberikan paparan serius mengenai bahaya terorisme, intoleransi, dan radikalisme.
Kombes Dedy Tabrani, peserta didik Sespimti Angkatan 33, memberikan paparan serius mengenai bahaya terorisme, intoleransi, dan radikalisme. /Pemerintah Aceh/

Kilasaceh.com - Dalam kuliah umum yang digelar Senin, 19 Februari 2024, di Ruang Teater Kampus Setempat, Kombes Dedy Tabrani, peserta didik Sespimti Angkatan 33, memberikan paparan serius mengenai bahaya terorisme, intoleransi, dan radikalisme. Dalam kesempatan tersebut, salah satu poin utama yang diangkat adalah peran media sosial dan permainan game online sebagai alat rekrutmen bagi teroris, khususnya dalam mempengaruhi generasi muda Indonesia.

Tren Perkembangan Terorisme di Era Digital

Dedy Tabrani mengungkapkan bahwa perubahan perilaku dan tren terorisme kini semakin merambah ke generasi muda dengan memanfaatkan media sosial dan permainan game online. Dalam kuliahnya, ia menjelaskan bahwa terorisme tidak lagi terbatas pada kegiatan di dunia nyata, melainkan telah melibatkan ruang maya untuk merekrut simpatisan dan meluaskan jaringan terorisme.

Baca Juga: Budaya Sehat Jamu Indonesia Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO

Menurut Dedy, kelompok teroris menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan ideologi radikal dan merekrut generasi muda ke dalam jaringan mereka. Permainan game online juga dijadikan sarana untuk membangun komunikasi dengan calon simpatisan teroris. "Para terorisme juga mulai memanfaatkan permainan game online dan berkomunikasi dengan mereka untuk mempengaruhi pola pikirnya," ungkap Kombes Dedy.

Dalam konteks perkembangan teknologi dan media, Dedy menjelaskan bahwa para teroris telah pintar beradaptasi dengan zaman. Mereka memanfaatkan platform-platform digital untuk menyebarkan propaganda, merekrut anggota, dan bahkan merencanakan aksi terorisme. Pemanfaatan media sosial dan permainan game online memberikan akses mudah untuk mencapai generasi muda yang sering kali belum memiliki pemahaman yang cukup tentang ancaman terorisme.

Pentingnya pemahaman masyarakat, terutama generasi muda, tentang risiko dan bahaya yang mungkin timbul dari penggunaan media sosial dan permainan game online menjadi fokus dalam paparan Kombes Dedy Tabrani. Ia memperingatkan bahwa para teroris kini lebih pintar dalam menyusup dan merayu sasaran mereka melalui platform-platform digital yang sering diakses oleh anak muda.

Dedy juga menyampaikan bahwa kelompok teroris menggunakan berbagai dalih untuk mempengaruhi pola pikir individu atau kelompok masyarakat agar terpengaruh dengan ideologi mereka. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan mengajarkan sikap anti-Pancasila. Dedy menekankan bahwa hal ini tidak sesuai dengan semangat toleransi beragama yang dijunjung tinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca Juga: Presiden Apresiasi Capaian MA Putuskan 99,47 Persen Perkara pada 2023: Transformasi Hukum Indonesia di Sorotan

Paham takfiri juga menjadi salah satu fokus Dedy. Kelompok teroris kerap "memotong-motong" ayat Al-Qur’an dan menafsirkannya sesuai dengan kepentingan kelompok mereka, tanpa memahami asbabun nuzulnya dan kontekstual. Menurutnya, penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman agama yang benar dan kritis agar tidak mudah dipengaruhi oleh paham takfiri yang bersifat sempit.

Halaman:

Editor: Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah