CERPEN : Cinta di Bawah Tangga Mushola

- 14 Desember 2023, 14:39 WIB
Ilustrasi Mushola
Ilustrasi Mushola /pixabay/thoanhhanhphuc/

Kilasaceh.com - Pagi itu, sinar matahari merayap di antara pohon-pohon di Desa Serumpun. Rizki, pemuda beriman dari keluarga petani yang taat, bersiap-siap pergi ke ladang. Hidupnya yang tenang terguncang ketika Aisyah, gadis penuh pesona dari desa tetangga, muncul di kehidupannya.

"Tadi pagi aku melihat Rizki di mushola," bisik Aisyah pada ibunya sambil tersenyum malu-malu.

Ketika mata Rizki dan Aisyah bertemu, dunia mereka berhenti sejenak. Tatapan itu, lebih bermakna daripada seribu kata. Rizki yang selalu teguh di ladang terdiam sejenak. Setiap langkahnya menuju mushola menjadi langkah yang diberkati, dan tangga mushola menjadi saksi bisu dari pertemuan mereka yang tak terduga.

Namun, cinta mereka dihantui oleh bayang-bayang tradisi keluarga. Rizki merenung dalam gelap malam, berpikir keras tentang cara memenangkan hati Aisyah. Keluarganya menuntut pasangan yang memiliki pekerjaan mapan dan mata pencaharian yang tetap. Tidak ada cara mudah untuk mengubah tradisi ini.

Tanpa kata-kata, Rizki membuat keputusan sulit. Dia memutuskan untuk pergi ke kota besar untuk mencari nasib. Ia ingin memberikan masa depan yang lebih baik untuk Aisyah, meski harus meninggalkan desa dan keluarganya. Perginya tidak hanya meninggalkan petak sawah, tapi juga hati yang terusik dan sejuta tanya.

Di kota, Rizki menghadapi dunia yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Gedung-gedung menjulang tinggi, jalan raya yang ramai, dan keramaian kota besar membuatnya merasa seperti ikan kecil di samudra. Namun, tekadnya untuk sukses dan menciptakan masa depan bersama Aisyah memberinya kekuatan.

Setiap bulan, Rizki mengirim surat panjang kepada Aisyah. Surat-surat itu bukan hanya kumpulan kata-kata, melainkan sepotong hati yang tertulis di kertas. Ia menceritakan kota yang penuh hiruk-pikuk, kerja keras yang ia lakukan, dan mimpi-mimpi masa depan mereka bersama. Aisyah di desa membaca setiap kata dengan mata berkaca-kaca, merindukan Rizki di setiap angin malam.

Tiga tahun berlalu seolah-olah dalam sekejap mata. Rizki, yang kini telah berhasil di kota, merasa waktunya untuk pulang. Kembalinya ia adalah seperti matahari terbit di Desa Serumpun. Penduduk desa menyambutnya dengan sukacita, tetapi hatinya berdebar-debar. Apakah Aisyah masih menunggunya?

Dalam mushola yang selalu menjadi tempat kerinduan, Aisyah duduk di sudut dengan bunga-bunga di tangannya. Rizki memasuki mushola, dan mata mereka bertemu. Itu adalah saat ketika waktu dan jarak tidak lagi menjadi halangan. Mereka saling memeluk, sebagai tanda bahwa cinta mereka, seperti akar pohon yang kuat, tetap bertahan meski diterpa badai.

Halaman:

Editor: Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah