Pameran 'Water Civilization' di Pura Tirta Empul Bali: Menggali Kearifan Lokal

- 4 April 2024, 14:36 WIB
Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo dalam peluncuran Pameran Budaya bertajuk Water Civilization di Pura Tirta Empul, Bali, Rabu (3/4/2024).
Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo dalam peluncuran Pameran Budaya bertajuk Water Civilization di Pura Tirta Empul, Bali, Rabu (3/4/2024). /kemenparekraf/

Kilasaceh.com - Di Pura Tirta Empul di Bali digelar Pameran Budaya yang berjudul "Water Civilization". Acara ini merupakan kolaborasi antara Quantum Temple, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Wonderful Indonesia, Desa Manukaya Let, Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, serta Sui Network. Pameran ini menghadirkan instalasi kreatif dan inovatif yang memperkaya pemahaman tentang budaya air di Bali dan sejarah Pura Tirta Empul yang memiliki status warisan budaya dunia UNESCO. Rabu, 3 April 2024.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo, hadir dalam acara tersebut, menyampaikan pentingnya mengadopsi filosofi Tri Hita Karana dalam mengembangkan pariwisata regeneratif di Bali. Tri Hita Karana, yang berarti menciptakan hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam, telah menjadi landasan budaya masyarakat Bali sejak lama. Angela menyoroti bahwa pariwisata regeneratif tidak hanya berfokus pada mengurangi kerusakan lingkungan, tetapi juga bertujuan untuk memberikan dampak positif yang lebih besar kepada lingkungan, masyarakat, dan destinasi lokal.

Konsep pariwisata regeneratif ini sejalan dengan prinsip hidup yang telah dianut oleh masyarakat Bali selama berabad-abad, menjadikan pulau dewata ini sebagai destinasi yang tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga kearifan budaya yang dalam. Dalam konteks ini, Pameran "Water Civilization" menjadi salah satu upaya untuk menggali dan memperkuat kearifan lokal ini.

Keajaiban Budaya Bali Terungkap: Instalasi Kreatif dari 300 Anak Muda di Pameran 'Water Civilization'

Pameran ini tidak hanya sekadar memamerkan keindahan, tetapi juga merupakan bagian dari upaya untuk memberdayakan komunitas lokal. Lebih dari 300 anak muda dan anggota komunitas kreatif terlibat dalam pembuatan instalasi-instalasi unik yang terbuat dari bambu. Proyek ini dipimpin oleh dua seniman muda dari Tampak Siring, yakni Ida Bagus Nyoman Surya Wigenem dan I Gusti Ngurah Dalem Rahmadi. Instalasi-instalasi ini bukan hanya menjadi daya tarik visual bagi pengunjung, tetapi juga sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal serta sejarah yang terkandung di Pura Tirta Empul.

Melalui instalasi-instalasi tersebut, pengunjung dapat memahami lebih dalam mengenai peran air dalam peradaban Bali dan signifikansi spiritual dari kegiatan melukat yang dilakukan di Pura Tirta Empul. Mereka juga diberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para pelestari pura dari Desa Manukaya Let, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai budaya dan spiritual yang terkait dengan situs warisan ini.

Teknologi Blockchain untuk Kebudayaan: Quantum Temple Memimpin Revolusi Pariwisata Regeneratif di Bali

Salah satu hal yang menarik dari pameran ini adalah penggunaan teknologi blockchain dalam penyajian budaya dan warisan lokal. Quantum Temple, sebuah platform web 3.0 yang memanfaatkan teknologi blockchain untuk melestarikan warisan budaya, memainkan peran kunci dalam menghadirkan pameran ini. Dengan memanfaatkan teknologi blockchain dan NFT (Non Fungible Token), Quantum Temple memungkinkan informasi mengenai warisan budaya Bali, termasuk Pura Tirta Empul, dapat diakses secara transparan dan aman.

CEO dan Pendiri Quantum Temple, Linda Adami, menyampaikan bahwa tujuan dari inisiatif ini bukan hanya untuk memperkenalkan keindahan budaya Bali kepada dunia, tetapi juga untuk memberdayakan komunitas lokal melalui teknologi terdepan. Dengan demikian, dampak dari pariwisata regeneratif ini dapat dirasakan secara nyata oleh generasi saat ini dan masa depan.

Pameran "Water Civilization" akan berlangsung hingga September 2024, menawarkan pengalaman unik bagi para pengunjung untuk mendalami dan merasakan kekayaan budaya Bali. Diharapkan, pameran ini tidak hanya menjadi peristiwa sekali-sekali, tetapi menjadi bagian dari upaya yang berkelanjutan dalam mendukung pariwisata regeneratif di Bali dan di seluruh Indonesia.

Selain Angela Tanoesoedibjo, beberapa pejabat penting dari Kemenparekraf dan Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar juga turut hadir dalam acara peluncuran pameran ini. Dengan dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak, diharapkan pengembangan pariwisata regeneratif dapat menjadi kenyataan yang berkelanjutan, menghormati warisan budaya lokal sambil memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat.***

Editor: Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah