Dari Dewi Sri hingga Buka Egek: Jejak Tradisi Budaya Indonesia dalam Menghargai Bumi

- 22 April 2024, 14:00 WIB
Dewi Sri: Simbol Kehidupan dan Kesuburan
Dewi Sri: Simbol Kehidupan dan Kesuburan /instagram/@calonmenteri007

Kilasaceh.com - Hari Bumi Sedunia adalah panggilan bagi kita semua untuk merenungkan betapa pentingnya menjaga alam semesta ini. Tidak sekadar sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai ungkapan terima kasih atas semua yang telah diberikan oleh Bumi kepada kita. Di Indonesia, berbagai tradisi budaya turun-temurun menjadi cerminan dari hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Dari pemujaan kepada Dewi Sri hingga praktik Buka Egek di Papua, jejak tradisi budaya Indonesia dalam menghargai bumi adalah warisan yang kaya dan bernilai.

Mengungkap Kearifan Lokal: Tradisi-tradisi Indonesia dalam Merawat Lingkungan

Dewi Sri: Simbol Kehidupan dan Kesuburan

Dewi Sri, atau Dewi Padi, merupakan salah satu dewi dalam mitologi Jawa dan Bali yang dianggap sebagai simbol kehidupan dan kesuburan. Bagi masyarakat lokal, Dewi Sri adalah perlambang dari hasil panen yang melimpah. Setiap tahun, sebelum masa panen dimulai, ritual pemujaan kepada Dewi Sri dilakukan sebagai ungkapan terima kasih atas berkah alam yang diberikan.

Tradisi ini bukan hanya sekadar upacara keagamaan, tetapi juga sebuah bentuk penghargaan dan komitmen untuk merawat alam. Melalui ritual ini, masyarakat mengakui bahwa keberlangsungan hidup mereka sangat bergantung pada keseimbangan ekosistem yang terjaga.

Tradisi Wiwitan: Ungkapan Syukur Sebelum Panen

Di Jawa, terdapat tradisi yang disebut Wiwitan, yang dilakukan sebelum masa panen padi dimulai. Tradisi ini merupakan bentuk ungkapan syukur atas hasil panen yang akan datang. Dengan memanjatkan doa dan melakukan ritual lainnya, masyarakat Jawa mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada alam atas berkah yang telah diberikan.

Tradisi Wiwitan juga mencerminkan kesadaran akan pentingnya berbagi dengan sesama. Setelah melakukan ritual, masyarakat Jawa biasanya membagikan makanan yang telah dipersiapkan kepada seluruh masyarakat di sekitar mereka, menegaskan bahwa keberkahan yang diterima seharusnya tidak hanya dinikmati oleh mereka sendiri, tetapi juga oleh orang lain.

Festival Jatiluwih: Merayakan Keanekaragaman Budaya dan Alam

Desa Jatiluwih di Bali tidak hanya terkenal dengan keindahan Subak Jatiluwih yang diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Desa ini juga menjadi tempat diadakannya Festival Jatiluwih, sebuah acara yang memadukan kebudayaan lokal dengan kesenian tradisional.

Festival ini bukan hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap alam dan keberagaman budaya. Melalui festival ini, masyarakat Jatiluwih menyatakan rasa syukur mereka atas ketersediaan pangan di Bumi, terutama persediaan padi yang melimpah.

Ngertakeun Bumi Lamba: Menjaga Harmoni dengan Alam

Di Jawa Barat, terdapat tradisi yang disebut Ngertakeun Bumi Lamba. Tradisi ini merupakan upacara yang dilakukan sebagai bentuk menjaga harmoni antara manusia dan alam. Dengan menitipkan tiga gunung sebagai paku alam, masyarakat Jawa Barat mengakui bahwa mereka adalah bagian dari alam dan bertanggung jawab atas kelestariannya.

Ngertakeun Bumi Lamba juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Sunda, yang mengajarkan pentingnya memelihara alam semesta dan menjaga keseimbangan ekosistem. Melalui tradisi ini, masyarakat Jawa Barat berkomitmen untuk tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan dan merusaknya.

Halaman:

Editor: Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah