Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 Mengukir Sejarah Baru Dengan Semangat 'Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia'

- 5 November 2023, 18:40 WIB
Pembukaan PKA-8 ditandai dengan penumbukan rempah di leusoeng kayee oleh Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, Wali Nanggroe PDYM Malik Mahmud Al-Haytar, dan Forkopimda Aceh di hadapan ribuan pengunjung.
Pembukaan PKA-8 ditandai dengan penumbukan rempah di leusoeng kayee oleh Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, Wali Nanggroe PDYM Malik Mahmud Al-Haytar, dan Forkopimda Aceh di hadapan ribuan pengunjung. /kilasaceh.com/syaiful anshori/

Kilasaceh.com - Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 akhirnya resmi dibuka di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh, pada Sabtu malam, 4 November 2023. PKA merupakan salah satu peristiwa tahunan paling bersejarah di Aceh yang tidak hanya menampilkan kekayaan budaya dan sejarahnya tetapi juga menawarkan peluang kepada masyarakat untuk merayakan dan berbagi warisan budaya yang begitu kaya dengan semangat tema yang tak ada duanya, "Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia."

Bukaan megah ini dihadiri oleh beberapa tokoh penting yang berperan besar dalam kemajuan Aceh, termasuk Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki, Wali Nanggroe PDYM Malik Mahmud Al-Haytar, dan Forkopimda Aceh. Ribuan pengunjung memadati Taman Sulthanah Safiatuddin, menciptakan atmosfer yang penuh semangat dan patriotisme.

PKA bukan sekadar perayaan budaya, melainkan sebuah penanda sejarah yang merekam perjalanan panjang Aceh sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 1958. Ini adalah panggung yang menggambarkan dinamika perpolitikan, sosial, budaya, dan pemerintahan Aceh, dan merupakan perwujudan teladan bagi pemeliharaan dan pengembangan warisan budaya serta peradaban Islam di Bumi Serambi Mekkah.

Dalam sambutannya, Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, mengungkapkan makna yang dalam dari PKA. Ia menyatakan bahwa PKA adalah warisan dari orang-orang tua yang berjuang untuk merawat dan melestarikan perdamaian melalui pelestarian dan pemajuan kebudayaan. Sejak tahun 1958, PKA telah menjadi ukuran keberhasilan pemerintah Aceh dalam melindungi, membina, mengembangkan, dan memanfaatkan sisi baik kebudayaan. Tema "Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia" yang diusung dalam PKA-8 merupakan pilihan hati-hati, merangkul isu-isu global terkini dan menghubungkannya dengan visi pembangunan Aceh dan nasional.

Marzuki menjelaskan bahwa tema ini dipilih dengan mempertimbangkan makna dan tujuan PKA serta relevansinya dengan isu-isu terkini secara global. Yang lebih penting lagi, tema ini sangat relevan dengan sejarah Aceh sebagai salah satu jalur perdagangan rempah-rempah yang populer. Aceh adalah rumah bagi dua dari 20 titik jalur rempah Nusantara, dengan Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam yang menjadi sentrum perdagangan aneka rempah, terutama lada. Sejarah mencatat bahwa Aceh mencapai puncak kejayaan pada abad ke-16 hingga ke-18 saat Aceh menjadi penghasil rempah terbaik di dunia.

Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap tema PKA-8. Didik menyoroti sejarah Aceh sebagai salah satu pintu gerbang jalur rempah Nusantara dan puncak kejayaan rempah Aceh pada abad ke-16 hingga ke-18. Ia mengharapkan bahwa tema "Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia" akan membawa kembali kejayaan Aceh dalam industri rempah dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat Aceh.

Wali Nanggroe Aceh, PDYM Malik Mahmud Al Haytar, juga memberikan apresiasi kepada para inisiator awal PKA pada tahun 1958 dan semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan PKA-8. Malik menyatakan bahwa PKA adalah kesempatan emas untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan, sejarah, dan adat istiadat Aceh. Ia menekankan perlunya mengutamakan tiga aspek utama, yaitu kebudayaan, sejarah, dan adat istiadat Aceh, bahkan di tengah perkembangan inovasi yang memengaruhi segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang kebudayaan dan adat istiadat.

PKA-8 akan berlangsung selama sembilan hari, mulai 4 hingga 12 November 2023, dengan partisipasi 23 kabupaten/kota se-Aceh. Acara ini akan dimeriahkan oleh lebih dari 4.800 seniman dan budayawan, 117 peserta pameran, 23 BUMDes, 23 SMK, 72 pengrajin dan pedagang produk tradisional Aceh, serta 1.100 tenaga kreatif. PKA-8 adalah momen bersejarah di mana masyarakat Aceh dapat membagikan kekayaan budaya mereka dengan dunia dan merayakan keberagaman budaya yang begitu luar biasa.

PKA-8 bukan hanya sekadar perayaan budaya, tetapi juga sebuah panggung untuk mengukir sejarah baru bagi Aceh. Dengan semangat "Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia," Aceh siap untuk mengambil peran penting dalam industri rempah dan membawa warisan budayanya kepada dunia. Selamat untuk PKA-8 yang menginspirasi, mendidik, dan merayakan warisan budaya yang luar biasa ini!

Editor: Syaiful Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah