Network
/photo/2023/11/21/3184513043.jpg)
Kilasaceh.com - Aceh, provinsi yang terletak di ujung barat Indonesia, tidak hanya dikenal karena kekayaan budaya dan pariwisatanya yang memukau, tetapi juga memiliki harta terpendam dalam dunia kuliner. Seiring dengan upaya untuk memajukan pemahaman dan dokumentasi terhadap kekayaan kuliner Aceh, Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Aceh bekerja sama dengan Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian (Diskominsa) Aceh telah menyelenggarakan Pelatihan Menulis Kuliner. Acara ini dilaksanakan selama dua hari, mulai dari tanggal 21 hingga 22 November 2023, di Hotel Nanggroe, Kota Banda Aceh. Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan keterampilan menulis yang lebih mendalam kepada para insan pers, mengingat kekurangan jurnalis di Aceh yang memiliki kemampuan dalam menulis deskripsi kuliner secara benar.
Dalam kata sambutannya, Hendro Saky, Ketua JMSI Aceh, Selasa, 21 November 2023, mengutarakan kegelisahannya akan minimnya jurnalis di Aceh yang mampu mengeksplorasi dan mendokumentasikan keindahan kuliner secara komprehensif. "Sedikit jurnalis di Aceh yang punya kemampuan dalam menulis kuliner, sehingga tidak ada kemampuan dalam menulis deskripsi kuliner dengan benar," ungkap Hendro. Inisiatif pelatihan ini menjadi sebuah langkah nyata untuk mengatasi kelemahan tersebut dan meningkatkan keahlian para jurnalis dalam merangkai kata-kata yang dapat membangkitkan selera pembaca.
Lebih lanjut, Hendro menyoroti fakta menarik bahwa banyak kuliner di Aceh telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan tak benda. Ini menandakan betapa berharga dan uniknya ragam kuliner yang dimiliki oleh Aceh. Dengan pelatihan ini, diharapkan jurnalis dapat menjadi duta yang mampu menggambarkan kelezatan kuliner Aceh dengan penuh keahlian dan kecerdasan.
Dalam konteks kuliner, Aceh dikenal dengan keberagaman cita rasa dan bahan baku yang khas. Makanan-makanan tradisional seperti nasi goreng Aceh, mie Aceh, rendang daging Aceh, dan kue putu mayang, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. UNESCO mengakui pentingnya melestarikan keberagaman kuliner ini dengan menetapkan beberapa kuliner Aceh sebagai warisan tak benda.
Melalui Pelatihan Menulis Kuliner ini, diharapkan para jurnalis dapat lebih mendalam dalam menggali cerita di balik setiap hidangan khas Aceh. Dengan kemampuan menulis yang lebih baik, mereka dapat membawa pembaca untuk merasakan tidak hanya rasa lezatnya makanan, tetapi juga nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Dengan kata lain, tulisan mereka diharapkan dapat menjadi jendela yang membuka dunia untuk memahami keunikan dan kekayaan budaya kuliner Aceh.
Pelatihan yang berlangsung selama dua hari ini tidak hanya memberikan pemahaman dasar tentang teknik menulis, tetapi juga fokus pada aspek-aspek khusus yang terkait dengan menulis kuliner. Peserta pelatihan diajak untuk memahami nuansa rasa, aroma, dan tekstur dari berbagai hidangan kuliner Aceh. Diskusi mendalam dilakukan untuk mengidentifikasi elemen-elemen kunci yang perlu disampaikan dalam deskripsi kuliner agar dapat menciptakan pengalaman membaca yang menggugah selera.
Selain itu, peserta juga diberikan wawasan tentang sejarah dan makna kultural di balik setiap hidangan. Hal ini diharapkan dapat memperkaya tulisan mereka dengan konteks yang lebih dalam, menjadikan tulisan tersebut bukan hanya sekadar ulasan kuliner, tetapi juga sebuah perjalanan dalam memahami sejarah dan kebudayaan Aceh.
Dengan berakhirnya Pelatihan Menulis Kuliner, harapan ke depannya adalah adanya peningkatan kualitas tulisan kuliner yang mampu memukau pembaca. Para jurnalis di Aceh diharapkan dapat lebih percaya diri dan terampil dalam mendeskripsikan kelezatan kuliner secara lebih mendalam dan menarik. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam memperkenalkan kekayaan kuliner Aceh ke dunia.
