Keistimewaan dan Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

- 11 Juni 2024, 16:00 WIB
Ilustrasi - Keistimewaan dan Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Ilustrasi - Keistimewaan dan Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah /pexels.com/David McEachan

Kilasaceh.com - Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Selain identik dengan Hari Raya Kurban dan ibadah haji, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki keutamaan dan keistimewaan yang sangat tinggi. Dalam sepuluh hari pertama ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti dzikir, sedekah, membaca Al-Qur’an, dan berbagai amalan sunnah lainnya. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah puasa sunnah dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada hari di mana amal saleh padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya, “Tidak juga dari jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan satu pun dari keduanya.” (HR. Bukhari).

Hadits ini menegaskan bahwa amalan yang dilakukan pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah sangat dicintai oleh Allah, bahkan lebih utama daripada jihad di jalan Allah kecuali bagi orang yang berjuang dengan seluruh harta dan dirinya dan tidak kembali. Oleh karena itu, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amalan ibadah pada hari-hari tersebut.

Keistimewaan Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah

Ibnu Hajar dalam "Fath al-Bârî" menjelaskan bahwa keistimewaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah disebabkan pada hari-hari tersebut terkumpul berbagai ibadah utama, yaitu shalat, puasa, sedekah, dan haji. Ini adalah sesuatu yang tidak ditemukan di bulan lainnya.

Lebih lanjut, Syekh Zakaria al-Anshari dalam "Asnâ al-Mathâlib" menjelaskan bahwa pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah, disunnahkan untuk berpuasa. Untuk tanggal satu sampai tujuh, disunnahkan bagi orang yang sedang menunaikan ibadah haji ataupun tidak, sementara tanggal delapan (Hari Tarwiyah) dan sembilan (Hari Arafah) hanya disunnahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

Berpuasa bagi yang sedang menunaikan ibadah haji pada tanggal delapan dan sembilan Dzulhijjah hukumnya khilâful aulâ (menyalahi yang lebih utama), bahkan makruh menurut Imam An-Nawawi. Alasannya, mereka lebih dianjurkan untuk memperbanyak doa pada hari-hari tersebut, sekalipun mereka kuat untuk berpuasa. Demikian karena dalam rangka mengikuti sunnah Nabi ﷺ.

Keutamaan Puasa Dzulhijjah

1. Dilipatgandakannya Pahala

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, dan satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.” (HR At-Tirmidzi).

Hadits ini menunjukkan bahwa pahala ibadah pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah sangatlah besar. Puasa satu hari di dalamnya setara dengan puasa sunnah selama satu tahun, dan qiyamul lail (shalat malam) di setiap malamnya setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.

2. Penghapusan Dosa

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim).

Halaman:

Editor: Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah