Menyusuri Jejak Sejarah, Inovasi, dan Tantangan Transportasi di Banda Aceh

- 1 Juli 2024, 07:00 WIB
Bus Trans Koetaradja di Halte Shelter Kopelma Darussalam, Aceh. Minggu, 23 Juli 2023.
Bus Trans Koetaradja di Halte Shelter Kopelma Darussalam, Aceh. Minggu, 23 Juli 2023. /Kilasaceh.com/Syaiful Anshori/

Kilasaceh.com - Banda Aceh, ibukota Provinsi Aceh, tidak hanya dikenal sebagai "Kota Serambi Mekah" karena peran sejarahnya sebagai pintu gerbang Islam di Nusantara, tetapi juga sebagai kota yang dinamis dengan berbagai pilihan transportasi. Transportasi di Banda Aceh mencerminkan perpaduan antara tradisi, modernisasi, dan inovasi, menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana masyarakat setempat bergerak dan berinteraksi dalam kesehariannya.

Sejarah Transportasi di Banda Aceh

Transportasi Tradisional

Pada masa awal, transportasi di Banda Aceh sangat sederhana dan tradisional. Warga lokal menggunakan perahu sebagai alat transportasi utama mengingat posisi geografis kota ini yang dekat dengan laut dan sungai. Perahu tradisional, seperti sampan dan kolek, banyak digunakan untuk kegiatan sehari-hari, baik untuk keperluan perdagangan maupun transportasi pribadi.

Transportasi darat juga berkembang dengan penggunaan hewan seperti kuda dan kerbau untuk menarik gerobak. Jalanan pada masa itu masih berupa jalan setapak yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan kendaraan sederhana. Penggunaan kuda sebagai alat transportasi menjadi simbol kemewahan dan status sosial pada zamannya.

Masa Kolonial

Pada masa kolonial Belanda, infrastruktur transportasi di Banda Aceh mulai mengalami perkembangan. Belanda membangun jalan-jalan raya yang lebih baik dan juga memperkenalkan kendaraan bermotor. Kereta api juga mulai diperkenalkan, meskipun jaringan rel kereta di Aceh tidak sepadat di pulau Jawa. Transportasi laut juga semakin berkembang dengan adanya pelabuhan yang lebih modern untuk mendukung aktivitas perdagangan internasional.

Era Modern

Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mulai fokus pada pembangunan infrastruktur di seluruh nusantara, termasuk Banda Aceh. Jalan-jalan utama diperlebar dan diperbaiki, serta jembatan-jembatan dibangun untuk menghubungkan wilayah-wilayah yang sebelumnya terisolasi. Bandara Sultan Iskandar Muda juga dibangun untuk menghubungkan Banda Aceh dengan kota-kota besar di Indonesia dan beberapa negara tetangga.

Sistem Transportasi Umum di Banda Aceh

  1. Angkutan Kota (Angkot)

    Angkutan kota atau angkot adalah salah satu moda transportasi utama di Banda Aceh. Angkot di Banda Aceh memiliki rute yang cukup banyak, menjangkau hampir seluruh wilayah kota. Kendaraan ini biasanya berupa minibus yang dapat menampung sekitar 10-15 penumpang. Keunggulan angkot adalah tarifnya yang relatif murah dan fleksibilitas rute yang memudahkan penumpang mencapai berbagai tujuan dalam kota.

  2. Becak Motor

    Becak motor merupakan ikon transportasi khas Aceh. Kendaraan roda tiga ini sangat populer di kalangan warga lokal dan wisatawan. Becak motor tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi, tetapi juga menjadi daya tarik wisata tersendiri. Pengemudi becak motor biasanya sangat ramah dan siap memberikan informasi tentang berbagai destinasi menarik di Banda Aceh.

Halaman:

Editor: Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah