Sandal Upanat, Suvenir Unik dari Kunjungan Wisata Candi Borobudur

- 19 Februari 2024, 13:03 WIB
Sandal Upanat
Sandal Upanat /instagram/@radarjogja

Kilasaceh.com - Keindahan Candi Borobudur yang megah di Magelang, Jawa Tengah, telah memikat hati dunia sebagai Warisan Dunia UNESCO sejak 1991. Kini, kunjungan wisatawan ke situs bersejarah ini menjadi lebih unik dan berkesan dengan pengenalan sandal upanat sebagai suvenir eksklusif dari kunjungan ke Candi Borobudur.

Dalam upaya melindungi Candi Borobudur dari kerusakan dan mempromosikan konsep sustainable tourism, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf/Baparekraf) menerapkan aturan terbaru pada Desember 2023. Aturan ini mengharuskan wisatawan yang ingin menjelajahi tangga dan lantai Candi Borobudur untuk menggunakan alas kaki khusus yang dikenal sebagai sandal upanat.

Baca Juga: Kemenpora RI Gelar Apel Pagi untuk Meningkatkan Semangat Kerja dan Integritas ASN

Keputusan ini tidak hanya untuk pelestarian batuan candi dari kerusakan akibat gesekan alas kaki konvensional, tetapi juga memberikan dorongan positif pada sektor ekonomi kreatif lokal. Sandal upanat, yang terbuat dari anyaman daun pandan, batok kelapa, dan busa ati, menjadi solusi kreatif dan berkelanjutan untuk menjaga keaslian Candi Borobudur.

Inspirasi dari Relief Candi Borobudur: Sandal Upanat dan Karmawibhangga Panel 150

Sandal upanat bukanlah produk biasa, melainkan merupakan karya inovatif yang terinspirasi dari relief Karmawibhangga panel 150 di Candi Borobudur. Relief ini menggambarkan dua orang yang sedang mempersembahkan alas kaki kepada seorang Brahmana, dan alas kaki tersebut mirip dengan sandal upanat yang digunakan saat ini. Sebuah hubungan harmonis antara warisan budaya dan inovasi modern tercipta, menciptakan produk yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pelestarian tetapi juga sebagai simbol keindahan seni dan tradisi.

Dalam hal ini, penggunaan sandal upanat tidak hanya menjadi langkah pelestarian yang efektif tetapi juga memberikan kontribusi positif pada ekonomi kreatif lokal. Awalnya dibuat oleh pelaku industri kreatif lokal, Pak Basiyo, pada tahun 1997, sandal upanat kemudian disempurnakan bersama Balai Konservasi Borobudur untuk memastikan keamanan dan keberlanjutan penggunaannya di Candi Borobudur. Sekarang, delapan rumah produksi lokal terlibat dalam pembuatan sandal upanat, mencapai kebutuhan tinggi sebanyak 1.200 pasang per hari. Inisiatif ini memberikan peluang ekonomi yang signifikan bagi pengrajin lokal, sekaligus menciptakan lapangan kerja dan memperkuat ekonomi kreatif di sekitar kawasan candi.

Baca Juga: Pj Bupati Aceh Besar Salurkan SK Perpanjangan Tugas untuk Guru PPPK dan Kontrak

Melalui penggunaan sandal upanat, Candi Borobudur juga menjadi wadah edukasi tentang keberlanjutan pariwisata. Inovasi ini menunjukkan bahwa langkah-langkah kecil seperti penggunaan alas kaki khusus dapat memberikan dampak besar pada pelestarian lingkungan dan keberlanjutan destinasi pariwisata. Wisatawan yang mengunjungi Candi Borobudur tidak hanya menyaksikan keindahan sejarah, tetapi juga berkontribusi pada upaya pelestarian dan mendukung konsep pariwisata berkelanjutan.

Salah satu daya tarik utama dari aturan penggunaan sandal upanat adalah kesempatan bagi pengunjung untuk membawa pulang sandal ini sebagai suvenir eksklusif dari kunjungan mereka ke Candi Borobudur. Pemberian sandal upanat sudah termasuk dalam paket wisata naik ke bangunan Candi Borobudur. Hal ini tidak hanya memberikan nilai tambah pada pengalaman wisatawan, tetapi juga menjadi kenang-kenangan yang unik dan bermakna dari kunjungan mereka.

Halaman:

Editor: Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah