Pemerintah Aceh Guncang Dunia dengan Seminar Rempah dalam PKA ke-8

- 5 November 2023, 21:40 WIB
Sekda Aceh, Bustami, SE, M.Si, saat membuka Seminar Internasional Sejarah Rempah dalam rangkaian kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh ke-8, yang diselenggarakan Disbudpar Aceh di Hermes Palace Hotel Banda Aceh, Minggu, (5/11/2023).
Sekda Aceh, Bustami, SE, M.Si, saat membuka Seminar Internasional Sejarah Rempah dalam rangkaian kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh ke-8, yang diselenggarakan Disbudpar Aceh di Hermes Palace Hotel Banda Aceh, Minggu, (5/11/2023). /Pemerintah Aceh/

Kilasaceh,com - Aceh, sebuah provinsi yang memiliki sejarah dan kekayaan budaya yang kaya, kembali memukau dunia dengan menggelar seminar internasional yang memikat dalam rangkaian Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8. Acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini memiliki tema yang tak kalah menggugah perasaan, yaitu "Sejarah dan Potensi Ekonomi Rempah Aceh."

Hotel Hermes di Aceh menjadi saksi dari acara besar ini, yang menarik perhatian peserta dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari budayawan, sejarawan, jurnalis, akademisi, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), hingga mahasiswa. Mereka semua berkumpul untuk menjelajahi dan merayakan kekayaan sejarah dan budaya Aceh, terutama dalam konteks rempah-rempah.

Sekretaris Daerah Aceh, Bustami Hamzah, meresmikan seminar ini dan mengungkapkan pentingnya sejarah rempah Aceh yang megah. Aceh, pada beberapa abad yang lalu, merupakan salah satu daerah penghasil rempah terbesar di dunia. "Oleh sebab itu, Pemerintah Aceh mengusung tema 'Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia' dalam momentum PKA ke-8 tahun 2023," kata Bustami. Tema ini mencerminkan panggilan untuk memanfaatkan kembali warisan rempah Aceh demi mendukung pertumbuhan ekonomi dan mempromosikan kekayaan budaya, baik di tingkat regional maupun nasional.

Seminar ini menghadirkan para pemateri yang merupakan pakar dan pemangku kebijakan terkait dari Kementerian, yang berbagi pengetahuan dan wawasan tentang potensi ekonomi yang terkandung dalam rempah-rempah. Bustami berharap bahwa hasil seminar ini akan menjadi sumber inspirasi dan panduan nyata bagi upaya pemulihan dan strategi pengembangan ekonomi serta diplomasi budaya rempah Aceh dan Indonesia di pasar global di masa yang akan datang.

Di sisi lain, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Didik Suhardi, menyoroti pentingnya menggabungkan teknologi dalam produksi dan pengolahan rempah Aceh. "Dengan sentuhan teknologi, proses produksinya bisa menjadi lebih masif dan pengolahannya lebih berkualitas," kata Didik.

Didik juga menekankan nilai tinggi rempah Aceh, yang tidak hanya memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi juga khasiat dan fungsi yang bermanfaat. Selain sebagai komoditas ekonomi, Didik mengusulkan agar potensi rempah Aceh juga dikembangkan sebagai daya tarik pariwisata. Para pengunjung akan memiliki kesempatan untuk memahami sejarah, proses penanaman, dan tahapan pengolahan rempah menjadi produk turunan.

"Melalui seminar ini, kami berharap akan muncul berbagai rekomendasi untuk menghidupkan kembali kejayaan rempah Aceh dengan pengetahuan dan teknologi modern," ungkap Didik. Ini adalah panggilan untuk melihat rempah Aceh bukan hanya sebagai sejarah masa lalu, tetapi sebagai elemen penting yang dapat ditingkatkan dan diinovasi untuk masa depan yang lebih cerah.

Potensi ekonomi rempah tidak hanya terbatas pada kebutuhan lokal atau nasional. Ada peluang besar untuk memasarkan produk rempah Aceh di pasar internasional, dan seminar ini menjadi wadah untuk menjembatani gap antara potensi dan peluang. Dengan pemahaman yang mendalam tentang rempah Aceh, pemerintah dan pelaku usaha dapat merencanakan langkah-langkah strategis yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi masyarakat Aceh.

Selain sebagai komoditas ekspor, rempah Aceh juga dapat dikembangkan sebagai daya tarik pariwisata. Para wisatawan akan memiliki kesempatan untuk menggali sejarah dan proses produksi rempah, mulai dari penanaman hingga pengolahan menjadi produk yang siap konsumsi. Ini akan memberikan pengalaman yang unik dan mendalam bagi wisatawan, serta meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata.

Halaman:

Editor: Syaiful Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah