Kilasaceh.com - Kapolda Aceh, Irjen Achmad Kartiko, menegaskan pentingnya penelusuran harta kekayaan para pelaku narkoba sebagai langkah strategis dalam memutus rantai operasional jaringan narkotika. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers pengungkapan kasus narkotika yang diadakan di Polda Aceh. Menurut Kapolda, kekuatan operasional jaringan narkoba sangat bergantung pada kekuatan finansial yang dimiliki oleh pelaku.
"Saya minta Dirresnarkoba agar menelusuri harta kekayaan para pelaku narkoba. Operasional mereka sangat tergantung pada uang yang mereka miliki. Jadi, perlu diterapkan TPPU, sebagaimana juga perintah dari Mabes Polri," ujar Achmad Kartiko. Rabu, 5 Juni 2024.
Bersama TNI dan BNN, Polda Aceh Bentuk Kampung Bebas Narkoba: Langkah Konkrit Hadapi Darurat Narkoba
Achmad Kartiko menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya preventif dan preemtif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba di Aceh. Dalam upaya ini, Polda Aceh bekerja sama dengan TNI, BNN, Bea Cukai, dan pemerintah daerah. Salah satu langkah konkret adalah pembentukan kampung bebas narkoba (KBN) di Kota Banda Aceh.
"Kami telah membentuk KBN di Kota Banda Aceh yang melibatkan tokoh masyarakat dan agama. Pembentukan KBN ini nantinya akan menjadi contoh sehingga akan ikut dibentuk di kabupaten/kota lain yang ada di Aceh," kata Kartiko.
Tidak hanya itu, Polda Aceh juga aktif melakukan razia dengan melibatkan TNI di jalur utama yang sering menjadi lintasan narkoba. Langkah ini menunjukkan keseriusan Polda Aceh dan Polres jajaran dalam memberantas peredaran narkoba.
"Kami secara aktif melakukan razia dengan melibatkan TNI di jalur utama lintasan narkoba. Ini membuktikan keseriusan kami dalam memberantas narkoba," tambahnya.
Aceh, Pintu Masuk Narkoba Internasional: Kapolda Kartiko Tekankan Kerjasama Lintas Lembaga
Kapolda Aceh mengungkapkan bahwa Provinsi Aceh memiliki garis pantai sepanjang 2.666 km dan wilayah pegunungan yang luas. Kondisi geografis ini menjadikan Aceh sebagai pintu masuk narkoba dari luar negeri sebelum diedarkan ke daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu, Aceh dalam kondisi darurat narkoba.
"Provinsi Aceh memiliki garis pantai yang panjang dan pegunungan yang luas, sehingga menjadi pintu masuk narkoba dari luar negeri sebelum diedarkan ke daerah lain. Artinya, Aceh bisa dikatakan darurat dalam hal narkoba," jelasnya.
Selain itu, Jenderal bintang dua itu juga mengimbau masyarakat agar tidak terlibat dalam jaringan peredaran narkoba. Menurutnya, selain merugikan diri sendiri, keterlibatan dalam narkoba juga dapat merusak masa depan generasi muda bangsa.
"Saya mengimbau masyarakat agar tidak menjadi penyokong atau terlibat langsung dalam jaringan peredaran narkotika. Selain merugikan diri sendiri, hal ini juga dapat merusak masa depan anak bangsa," kata Kartiko.
Bahkan, Kapolda Aceh menekankan pentingnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya narkoba. Polda Aceh telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat agar tidak terpengaruh oleh narkoba.
"Selama ini, kami telah berkoordinasi dengan semua pihak untuk mensosialisasikan kepada masyarakat agar tidak terpengaruh, apalagi menjadi pembantu jaringan narkoba. Kalau kita bisa mencegah peredaran narkoba, maka kita telah berhasil menyelamatkan seluruh generasi bangsa," tuturnya.
Pengungkapan Kasus Narkotika: Ratusan Ribu Jiwa Generasi Bangsa Terselamatkan dari Bahaya!
Dalam konferensi pers tersebut, Achmad Kartiko juga mengungkapkan bahwa Ditresnarkoba Polda Aceh berhasil mengungkap peredaran narkotika jenis sabu jaringan internasional Thailand—Indonesia (Aceh) seberat 31 kg. Selain itu, Ditresnarkoba juga berhasil mengamankan ganja seberat 370 kg.
"Ditresnarkoba Polda Aceh berhasil mengungkap peredaran narkotika jenis sabu jaringan internasional seberat 31 kg dan ganja seberat 370 kg," ungkapnya.
Dengan pengungkapan kasus tersebut, sebanyak 248.000 jiwa generasi bangsa berhasil diselamatkan dari bahaya sabu, jika dihitung delapan orang pengguna per gram sabu. Selain itu, 1.850.000 jiwa berhasil diselamatkan dari bahaya ganja, jika dihitung lima orang pengguna per gram ganja. Secara keseluruhan, 2.098.000 jiwa generasi bangsa berhasil diselamatkan.
"Dengan adanya pengungkapan ini, sebanyak 248.000 jiwa terselamatkan dari bahaya sabu dan 1.850.000 jiwa terselamatkan dari bahaya ganja. Secara keseluruhan, 2.098.000 jiwa generasi bangsa berhasil diselamatkan," jelas Kartiko.
Harapannya, dengan kolaborasi bersama berbagai pihak, Polda Aceh terus berupaya menjaga masa depan generasi bangsa dari ancaman narkoba. Masyarakat pun diimbau untuk tidak terlibat dalam jaringan narkotika dan bersama-sama melawan penyalahgunaan narkoba demi masa depan yang lebih baik.***