Kisah Panjang Konflik Israel-Palestina: Dari Balfour hingga Konflik Terkini

- 4 November 2023, 11:51 WIB
Ilustrasi konflik Israel - Palestina
Ilustrasi konflik Israel - Palestina /pixabay/hosnysalah/

Kilasaceh.com - Perang Israel-Palestina adalah konflik yang telah berlangsung selama berabad-abad, dan perang terbaru pada Oktober 2023 hanyalah bab terbaru dalam sejarah yang panjang dan rumit. Konflik ini berawal dari sejarah yang kaya, dengan akar-akarnya yang mencakup abad ke-20 hingga zaman kuno.

Deklarasi Balfour (1917) dan Mandat Inggris

Konflik Israel-Palestina memiliki akar sejarah yang sangat kuat yang bermula pada 2 November 1917, saat Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour mengirimkan surat kepada tokoh komunitas Yahudi Inggris, Lionel Walter Rothschild. Surat ini berisi janji untuk mendirikan rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina.

Deklarasi Balfour ini menjadi landasan bagi Inggris untuk mendirikan mandat di Palestina pada tahun 1923, yang berlangsung hingga tahun 1948. Selama mandat ini, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi ke Palestina, yang semakin meningkat setelah gerakan Nazi di Eropa. Namun, migrasi ini memicu protes dan ketegangan dari warga Palestina, yang khawatir akan perubahan demografi dan penyitaan tanah oleh Inggris untuk pemukiman Yahudi.

Pemberontakan Arab (1936-1939) dan Respons Inggris

Ketegangan mencapai puncaknya dengan Pemberontakan Arab pada tahun 1936-1939. Komite Nasional Arab memanggil warga Palestina untuk melakukan pemogokan umum sebagai protes terhadap kolonialisme Inggris dan migrasi Yahudi yang terus meningkat. Inggris merespons dengan tindakan keras, termasuk penangkapan massal dan penghancuran rumah, yang mirip dengan praktik yang masih berlangsung hingga sekarang di Israel.

Pemberontakan ini terbagi menjadi tiga fase, dengan ribuan orang Palestina menjadi korban. Lebih dari 5.000 orang Palestina tewas, 15-20 ribu terluka, dan 5.600 dipenjara selama tiga tahun konflik ini berlangsung.

PBB dan Resolusi 181 (1947)

Populasi Yahudi terus berkembang, meskipun hanya memiliki 6% lahan di Palestina pada tahun 1947. Inilah yang mendorong PBB untuk mengadopsi Resolusi 181 yang mengusulkan pembagian wilayah Palestina menjadi negara Arab dan negara Yahudi. Namun, rencana ini ditolak oleh Palestina, karena akan memberikan sebagian besar wilayah Palestina kepada Yahudi.

Halaman:

Editor: Syaiful Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah