Sahabat Nabi, Julaibib: Kecantikan Hati Menyelamatkan Cinta Sejati

- 23 Januari 2024, 13:00 WIB
Ilustrasi Julaibib RA, Sahabat Nabi
Ilustrasi Julaibib RA, Sahabat Nabi /pixabay/Abdülkadir_Kalay/

Kilasaceh.com - Mengutip Hikmah dari Hadis: "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian," (HR Muslim).

Baca Juga: YBHA Prihatin, 17 Pasangan Bercerai Setiap Hari di Aceh

Dalam era modern ini, seringkali orang memilih pasangan hidup berdasarkan kriteria tampilan fisik dan kekayaan semata. Namun, pandangan ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menganjurkan untuk melihat keimanan dan kebaikan hati. Sebagai contoh, kisah sahabat Nabi Julaibib membawa pesan yang mendalam mengenai kebijaksanaan Rasulullah dalam menilai cinta sejati.

Kisah Inspiratif Julaibib, Hidup Tanpa Nasab Diterima oleh Rasulullah

Julaibib, seorang sahabat Nabi yang lahir tanpa mengetahui asal-usulnya, menghadapi kenyataan hidup dengan wajah yang mungkin dianggap buruk rupa oleh sebagian orang. Meskipun begitu, kebaikan akhlak dan taqwa yang dimilikinya membuatnya menjadi prajurit yang setia dalam perang di bawah komando Nabi Muhammad.

Sebuah peristiwa menarik terjadi ketika Rasulullah saw. memperhatikan kondisi Julaibib yang hidup terpinggirkan. Dalam satu kesempatan, setelah menyelesaikan salat, Nabi Muhammad memanggil Julaibib dan bertanya dengan lembut, "Julaibib, tidakkah engkau ingin menikah?"

Julaibib, dengan rendah hati, menjawab, "Siapakah orang yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini, Ya Rasulullah?" Meskipun menerima kenyataan dirinya yang tidak memiliki apa-apa, Nabi Muhammad tidak melepaskan tangannya. Malah, Rasulullah membimbingnya menuju sebuah rumah pemimpin Anshar yang memiliki seorang putri cantik.

Baca Juga: Peluncuran Instalasi Pipa Air Bersih, Pulau Rubiah Kini Nikmati Kenyamanan dan Kelancaran Wisata Snorkeling

Saat tiba di rumah pemimpin Anshar, Nabi Muhammad menyampaikan niatnya, "Aku ingin menikahkan putri kalian." Pemimpin Anshar dengan gembira mengira bahwa Rasulullah ingin menjadi calon menantunya. Namun, kejutan datang ketika Nabi Muhammad mengungkapkan bahwa calon suami yang dimaksud adalah Julaibib.

Peristiwa ini menimbulkan perdebatan di antara keluarga Anshar. Sang pemimpin ragu dan menginginkan pendapat istrinya. Istri pemimpin Anshar menolak keras, merinci kelemahan Julaibib yang dianggap buruk rupa, tanpa nasab, kabilah, pangkat, atau harta.

Namun, di tengah perdebatan itu, muncul sosok perempuan cantik dan salehah, anak dari pemimpin Anshar. Dengan penuh keimanan dan ketegasan, dia bertanya, "Siapa yang meminta?" Dengan yakin, ia menyatakan, "Kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, tiada akan membawa kehancuran dan kerugian bagiku."

Perempuan salehah itu dengan tegas membacakan ayat Al-Qur'an (QS. Al-Ahzab: 36), yang menegaskan bahwa jika Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, tidak layak bagi orang beriman untuk menolaknya. Rasulullah, yang mendengarkan jawaban tegas perempuan tersebut, tertunduk dan mendoakan kebaikan baginya.

Halaman:

Editor: Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah